POSMETRONEWS.COM – Perkembangan perbankan digital di Indonesia menunjukkan tren yang positif dalam satu dekade terakhir. Pandemi COVID-19 menjadi akselerator yang mendorong adopsi kanal digital secara luas di kalangan masyarakat. Namun di balik kemajuan tersebut, terdapat pekerjaan besar yang belum selesai: bagaimana memastikan bahwa transformasi digital benar-benar menciptakan akses yang merata?
Lembaga keuangan yang serius membangun solusi digital tidak hanya mengejar efisiensi operasional, tetapi juga inklusi keuangan sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Salah satu contohnya adalah CIMB Niaga.
Layanan Digital sebagai Infrastruktur Dasar
Melalui OCTO Mobile dan OCTO Clicks, CIMB Niaga menawarkan kemudahan transaksi keuangan yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di kantor cabang. Dari pembukaan rekening secara daring, pembayaran tagihan, hingga pembelian reksa dana, semua dapat diakses dari gawai pribadi.
Hingga akhir 2023, lebih dari 96% transaksi nasabah CIMB Niaga dilakukan melalui kanal digital. Pengguna aktif OCTO Mobile tercatat lebih dari 3 juta, dan angka ini terus meningkat seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi digital.
Namun transformasi ini bukan hanya soal angka. Di balik itu, terdapat perubahan perilaku nasabah dan pergeseran paradigma layanan yang menuntut kecepatan, personalisasi, dan keamanan.
Akses Digital yang Belum Sepenuhnya Merata
Kendati pertumbuhan transaksi digital sangat pesat di kawasan urban, tantangan terbesar justru terletak di wilayah non-perkotaan. Jaringan internet yang belum stabil, keterbatasan perangkat, dan rendahnya literasi digital masih menjadi kendala utama.
Data OJK menunjukkan bahwa sekitar 90 juta orang dewasa Indonesia masih belum memiliki akses penuh ke layanan keuangan formal. Di sisi lain, hampir setengah dari pengguna aktif internet di Indonesia mengaku ragu atau tidak percaya untuk melakukan transaksi finansial secara daring.
CIMB Niaga berupaya menjawab tantangan ini dengan mengembangkan sistem verifikasi digital (e-KYC), memperluas jangkauan layanan hybrid (kombinasi digital dan fisik), serta menyelenggarakan pelatihan literasi finansial untuk kelompok rentan.
Keamanan Siber sebagai Prioritas
Pertumbuhan digital banking tidak terlepas dari risiko kejahatan siber. Laporan BI tahun 2023 mencatat peningkatan kasus phishing dan social engineering yang menargetkan pengguna layanan keuangan.
Menjawab tantangan ini, CIMB Niaga menerapkan sistem keamanan berlapis: dari otentikasi biometrik, enkripsi end-to-end, hingga sistem deteksi anomali transaksi berbasis AI. Bank ini juga aktif mengedukasi nasabah melalui kampanye keamanan digital secara berkala.
Transformasi digital perbankan bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi pergeseran struktur layanan keuangan yang mendalam. CIMB Niaga menjadi salah satu institusi yang menunjukkan bahwa perbankan digital bisa dan harus menjadi jembatan menuju inklusi finansial yang lebih adil.
Namun inklusi tidak terjadi secara otomatis. Ia membutuhkan komitmen jangka panjang, kolaborasi lintas sektor, dan pendekatan yang memahami keragaman kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia.
Bank yang berhasil bukanlah yang paling cepat berinovasi, tetapi yang paling mampu memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam perubahan ini.© RED/AGUS SANTOSA