POSMETRONEWS.COM – Pada 1955, di sebuah kantor kecil di Jakarta, sekelompok profesional muda mendirikan sebuah bank bernama Bank Niaga. Visi mereka sederhana: menghadirkan lembaga keuangan yang mampu melayani kebutuhan masyarakat di era pascakemerdekaan. Mereka mungkin tidak pernah membayangkan bahwa 70 tahun kemudian, bank kecil itu akan menjelma menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia dengan wajah baru: CIMB Niaga.
Dekade 1950–1970: Awal Sebuah Perjalanan
Bank Niaga lahir di tengah semangat pembangunan bangsa. Pada masa itu, akses keuangan masih sangat terbatas. Hanya segelintir masyarakat kota besar yang memiliki rekening di bank.
“Bank Niaga hadir dengan semangat kebangsaan, untuk membantu roda perekonomian Indonesia,” tulis salah satu pendirinya dalam arsip internal yang kini tersimpan di kantor pusat.
Dekade 1980-an: ATM Pertama di Indonesia
Inovasi besar datang pada 1987, ketika Bank Niaga memperkenalkan ATM pertama di Indonesia. Saat itu, masyarakat belum terbiasa dengan mesin yang bisa mengeluarkan uang tanpa teller. Banyak yang ragu. Namun, perlahan, ATM menjadi simbol modernisasi perbankan.
Langkah ini menegaskan DNA inovasi Bank Niaga: berani mencoba hal baru demi memudahkan nasabah.
Dekade 1990–2000: Krisis dan Konsolidasi
Krisis moneter 1998 mengguncang industri perbankan nasional. Banyak bank runtuh. Bank Niaga pun mengalami tekanan, namun berhasil bertahan melalui restrukturisasi dan konsolidasi.
Pada 2002, mayoritas saham Bank Niaga diakuisisi oleh Commerce Asset-Holding Berhad (sekarang CIMB Group) dari Malaysia. Sejak itu, transformasi besar dimulai: Bank Niaga berintegrasi dengan jaringan regional, memperkuat modal, dan memperluas layanan.
Dekade 2010: Era Digital Banking
Memasuki dekade baru, CIMB Niaga melihat perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat. Smartphone menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. Bank pun beradaptasi.
Peluncuran OCTO Mobile dan OCTO Clicks menandai langkah menuju digitalisasi penuh. Dari sekadar transfer dan cek saldo, aplikasi ini berkembang menjadi super-app finansial: investasi, pembayaran, hingga pembiayaan bisa dilakukan tanpa harus ke cabang.
Dekade 2020: Customer Centric dan Sustainability
Tantangan berikutnya datang dari dua arah: ekspektasi nasabah yang semakin tinggi, serta krisis iklim global. CIMB Niaga merespons dengan dua strategi kunci: customer centricity dan sustainability.
Cabang bank disulap menjadi smart branch, layanan digital diperluas lewat OCTO Chat, sementara pembiayaan hijau digencarkan. Pada 2024, CIMB Niaga menyalurkan lebih dari Rp10 triliun untuk proyek energi terbarukan dan UMKM ramah lingkungan.
70 Tahun: Kontribusi yang Menyatu dengan Indonesia
Melihat perjalanan tujuh dekade ini, jelas bahwa CIMB Niaga bukan sekadar institusi finansial. Ia tumbuh bersama bangsa:
- Mendukung UMKM sejak awal berdiri.
- Menghadirkan inovasi ATM pertama.
- Bertahan melewati krisis moneter.
- Menjadi pelopor digital banking.
- Berkomitmen pada keberlanjutan.
“CIMB Niaga adalah cermin perjalanan Indonesia sendiri: penuh tantangan, penuh adaptasi, namun selalu bergerak maju,” ujar Prof. Rudi Hartono, ekonom Universitas Indonesia.
Masa Depan di Tangan Digital dan Hijau
Kini, saat dunia menatap 2030 dengan agenda keberlanjutan dan digitalisasi, CIMB Niaga berada di jalur yang jelas. Bank ini tidak hanya bicara soal profit, melainkan tentang purpose—tentang bagaimana sebuah institusi bisa memberi dampak nyata bagi masyarakat dan bumi.
Dari kantor kecil di Jakarta pada 1955 hingga menjadi bank digital yang berorientasi hijau pada 2025, satu hal tetap sama: semangat untuk berkontribusi bagi Indonesia.
Dan mungkin, di situlah makna sejati perayaan 70 tahun CIMB Niaga. © RED/PRIYONO S.