POSMETRONEWS.COM Jakarta, 2025 – Di balik gedung-gedung tinggi kawasan Sudirman, Jakarta, ada sebuah ruang kerja CIMB Niaga yang dipenuhi layar besar menampilkan grafik dan data. Angka-angka itu bukan sekadar neraca keuangan, melainkan peta investasi hijau: kredit untuk energi terbarukan, pembiayaan UMKM ramah lingkungan, hingga program literasi keuangan berkelanjutan.
Di usia ke-70, CIMB Niaga ingin menunjukkan bahwa bank bukan hanya soal menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi juga soal arah: ke mana uang itu bergerak, dan dampak apa yang ditinggalkan.
Jejak Kredit Hijau
Menelusuri laporan keberlanjutan 2024, tercatat lebih dari Rp10 triliun dialokasikan untuk proyek berkelanjutan. Dari jumlah itu, sebagian besar diarahkan pada sektor energi terbarukan, terutama pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di Jawa Tengah dan Sulawesi.
“Kami percaya masa depan energi ada di sumber yang bersih. Peran bank adalah memastikan modal tersedia bagi proyek semacam itu,” ujar Budi Santosa, Head of Sustainable Finance CIMB Niaga.
Selain energi, bank juga mendanai transportasi ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah proyek bus listrik di Jakarta yang kini melayani ribuan penumpang per hari. CIMB Niaga menjadi salah satu penyedia pembiayaan bagi operator transportasi tersebut.
Menyaring Kredit: Bukan Semua Bisnis Didanai
Namun, komitmen sustainability bukan berarti tanpa konsekuensi. CIMB Niaga memperketat kebijakan kredit terhadap industri yang dianggap tidak ramah lingkungan, seperti batu bara dan sawit yang tidak berkelanjutan.
“Kami memiliki daftar negatif. Jika proyek terbukti berpotensi merusak lingkungan atau melanggar prinsip ESG, kami tidak akan mendanai,” tegas Budi.
Langkah ini sejalan dengan Taksonomi Hijau yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai panduan investasi berkelanjutan di Indonesia.
Investigasi ke Lapangan: UMKM Ramah Lingkungan
Tidak hanya korporasi besar, CIMB Niaga juga menyalurkan kredit ke UMKM yang mengusung konsep ramah lingkungan. Di Bandung, misalnya, ada usaha daur ulang plastik menjadi tas dan aksesori. Pemiliknya, Nur Aisyah, mengaku bisa memperluas usaha berkat pinjaman modal dari CIMB Niaga.
“Kalau ke bank lain, sering ditolak karena dianggap usaha kecil. CIMB Niaga melihat nilai sosialnya, bukan hanya keuntungan,” kata Aisyah.
Kredit semacam ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan monopoli perusahaan besar. Bank bisa memberi dampak langsung ke komunitas dengan mendukung UMKM hijau.
Kejar Mimpi: Edukasi sebagai Pilar
Selain aspek finansial, CIMB Niaga juga fokus pada edukasi. Program Kejar Mimpi bukan hanya kampanye motivasi, tetapi wadah literasi keuangan dan lingkungan.
Setiap tahun, ribuan mahasiswa diundang ke workshop membahas green economy, investasi hijau, hingga gaya hidup ramah lingkungan. “Sustainability itu bukan konsep besar yang abstrak. Itu soal pilihan sehari-hari: menghemat listrik, memilih produk lokal, menabung di bank yang mendukung proyek hijau,” kata Ayu Rahma, peserta workshop di Yogyakarta.
CIMB Niaga memposisikan generasi muda sebagai agen perubahan. “Kalau kesadaran mereka tumbuh, dampaknya akan meluas ke masyarakat,” ujar Budi.
Data Bicara: Dampak Nyata
Menurut laporan tahunan, program keberlanjutan CIMB Niaga menghasilkan sejumlah capaian:
- Penurunan penggunaan kertas di cabang hingga 40% berkat digitalisasi.
- Penggunaan energi terbarukan di gedung utama bank, dengan target net zero emission 2050.
- Penyaluran pembiayaan hijau mencapai lebih dari Rp10 triliun pada 2024.
- Ribuan UMKM hijau menerima kredit modal.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa sustainability bukan jargon. Ada dampak yang bisa diukur dan dirasakan.
Tantangan di Balik Komitmen
Namun, perjalanan tidak selalu mudah. Di balik data positif, masih ada tantangan. Investasi pada energi terbarukan butuh waktu lebih lama untuk balik modal. Kredit untuk UMKM hijau juga berisiko karena skala usaha kecil.
“Risikonya ada, tapi jika kita hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, kita akan kehilangan masa depan,” ujar Budi.
Selain itu, tingkat literasi masyarakat tentang green banking masih rendah. Banyak nasabah belum memahami bagaimana uang yang mereka tabung bisa berdampak pada proyek-proyek hijau.
Perspektif Global
Komitmen CIMB Niaga tidak berdiri sendiri. Di tingkat global, tren sustainable finance semakin menguat. Lembaga keuangan internasional seperti IFC dan ADB mendorong bank-bank Asia untuk meningkatkan portofolio hijau.
Menurut laporan BloombergNEF, investasi global pada energi terbarukan mencapai USD 495 miliar pada 2022 dan diprediksi terus meningkat. Indonesia, dengan potensi surya dan angin yang besar, menjadi salah satu negara target.
CIMB Niaga, sebagai bagian dari grup CIMB yang beroperasi di Asia Tenggara, memiliki akses dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam arus global ini.
70 Tahun Kontribusi
Sejak berdiri pada 1955, CIMB Niaga telah melalui berbagai fase: menjadi pelopor ATM pertama, mengembangkan digital banking, hingga kini memimpin dalam sustainable finance.
“Setiap dekade ada tantangan baru. Tantangan hari ini adalah keberlanjutan,” kata Lani Darmawan, Presiden Direktur CIMB Niaga.
Perayaan 70 tahun bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi momentum menegaskan arah masa depan: bank yang bukan hanya untung, tetapi juga memberi warisan hijau.
Investigasi yang Mengarah ke Harapan
Setelah menelusuri laporan, mendengar kisah UMKM, dan berbicara dengan eksekutif, kesimpulan sederhana muncul: keberlanjutan di CIMB Niaga bukan sekadar proyek citra, melainkan strategi inti.
Ada bus listrik yang melaju di Jakarta, ada tas daur ulang di Bandung, ada mahasiswa yang belajar tentang green economy—semuanya terhubung lewat aliran dana dari bank ini.
Pertanyaannya kini bukan lagi apakah bank harus berperan dalam keberlanjutan, melainkan seberapa besar peran itu bisa mempercepat perubahan.
Dan CIMB Niaga, di usia 70 tahun, telah memilih berada di jalur yang jelas: jalur hijau. © RED/PRIYONO S.