1 August 2025
Posmetronews.com | Media Informatif, Kritis & Konstruktif
Nasional

Modal Sosial, Bukan Sekadar Modal Finansial: CIMB Niaga dan Tanggung Jawab Antar-Generasi dalam Agenda Keberlanjutan

POSMETRONEWS.COM – Bayangkan seorang anak lahir pada tahun 2025. Ia akan tumbuh di dunia yang lebih hangat dua derajat dari saat ini, menghadapi krisis air, bencana iklim, dan ketidakpastian ekonomi yang dipicu kerusakan ekologi. Dan ironisnya, semua itu diwariskan oleh sistem ekonomi yang mengabaikan batas planet demi laju pertumbuhan.

Keberlanjutan bukan lagi pilihan etis—ia adalah kewajiban moral. Dan pertanyaannya hari ini adalah: apa yang dilakukan lembaga keuangan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak lagi dibangun di atas utang ekologis dan sosial?

CIMB Niaga, dalam usia ke-70, memberikan satu jawaban: menjadikan keberlanjutan sebagai fondasi, bukan pelengkap.

Pembiayaan yang Bertanggung Jawab: Dari Angka ke Dampak

Perbankan sering diidentikkan dengan angka, bunga, dan margin. Tapi dalam dunia yang dilanda krisis iklim dan ketimpangan sosial, angka-angka ini tak lagi cukup. Kita membutuhkan bank yang bisa menjawab satu pertanyaan sederhana: dana ini akan berdampak ke siapa, dan dalam bentuk apa?

CIMB Niaga mengembangkan kerangka kerja pembiayaan berkelanjutan yang tak hanya memfokuskan pada profit, tapi juga pada people dan planet. Hingga akhir 2023, CIMB Niaga telah menyalurkan lebih dari Rp 50 triliun untuk proyek-proyek dengan dampak lingkungan dan sosial positif: energi bersih, transportasi rendah emisi, pertanian berkelanjutan, hingga edukasi dan inklusi digital.

Lebih dari itu, CIMB Niaga menjadi salah satu dari sedikit bank di Asia Tenggara yang secara tegas menghentikan pendanaan proyek berbasis batu bara—sebuah langkah berani di tengah lanskap ekonomi yang masih sangat bergantung pada energi fosil.

Keberlanjutan dan Keadilan Sosial: Dua Sisi Mata Uang

Salah satu tantangan terbesar dalam transisi menuju ekonomi hijau adalah memastikan bahwa perubahan ini tidak menyingkirkan kelompok rentan. Green economy yang hanya menguntungkan kota besar dan pemodal besar akan gagal secara etis maupun struktural.

CIMB Niaga mencoba membalik narasi itu dengan membiayai UMKM berbasis sirkular, proyek konservasi berbasis komunitas, dan lembaga pendidikan vokasi. Mereka juga mendorong praktik keberlanjutan di sektor keuangan mikro—area yang sering diabaikan dalam peta besar ESG (Environmental, Social, Governance).

Dengan cara ini, keberlanjutan tidak berhenti di ruang rapat, tapi menyentuh dapur warga.

Mata Publik Adalah Mitra, Bukan Ancaman

Dalam konteks keberlanjutan, akuntabilitas bukan hanya dituntut dari pemerintah dan industri ekstraktif. Lembaga keuangan juga harus diaudit oleh publik. CIMB Niaga secara berkala merilis Sustainability Report dengan metrik terukur, target yang jelas, dan evaluasi capaian.

Mereka adalah bagian dari aliansi global seperti UN Principles for Responsible Banking dan Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD), memastikan bahwa tanggung jawab mereka bukan hanya terhadap regulator, tetapi juga terhadap masyarakat dan generasi yang belum lahir.

Warisan Finansial vs. Warisan Sosial

Setiap keluarga ingin meninggalkan warisan—rumah, tabungan, emas. Tapi bagaimana dengan udara bersih? Hutan yang masih berdiri? Mata air yang tak tercemar?

CIMB Niaga, dalam strategi keberlanjutannya, tidak hanya berbicara tentang sustainability as finance, tetapi juga tentang finance as legacy—yakni bagaimana lembaga keuangan bisa menjadi perpanjangan tangan dari cita-cita sosial antar-generasi.

Karena pada akhirnya, keberlanjutan bukan hanya soal bumi yang hijau. Tapi tentang masyarakat yang adil. Dan masa depan yang tidak dikorbankan untuk kenyamanan hari ini.

Investasi Terbesar Adalah Kepercayaan

Dalam dunia yang semakin tidak pasti, bank bukan hanya tempat menyimpan uang, tetapi juga tempat menyimpan harapan. Dan harapan itu hanya akan tumbuh jika lembaga keuangan berani berkata: kami ikut bertanggung jawab.

CIMB Niaga belum sempurna. Tapi mereka bergerak. Mereka membuka ruang partisipasi. Mereka menempatkan keberlanjutan sebagai kerja kolektif, bukan sekadar label.

Di saat banyak institusi memilih diam, keberanian untuk bertindak adalah bentuk kepemimpinan. Dan mungkin, itu adalah modal sosial paling penting yang bisa diwariskan hari ini. © RED/PRIYONO S.

Related posts

Optimalisasi Public Private Partnership dalam Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia

Redaksi Posmetronews

ESDM Gelar Program Sertifikasi Teknik Ketenagalistrikan ke Puluhan Siswa di Bandung dan Bogor

Redaksi Posmetronews

Kapolri Listyo Sigit Sebut Pidato Paus Fransiskus Punya Makna & Harus Dijadikan Semangat Menjaga Persatuan

Redaksi Posmetronews

Leave a Comment